Field trip kelas 5
Sebanyak 36 siswa dari SD Juara Surabaya, Surabaya berguru jurnalistik di Harian Duta Masyarakat di Graha Astranawa, Surabaya, Kamis (8/2/2018). Pada kunjungan SD juara binaan Rumah Zakat (RZ) ini, para siswa diberi gambaran berkegiatan jurnalitik oleh Redaktur Pelaksana (Redpel), Mohammad Hakim.Hakim, begitu disapa mencoba memberi gambaran kegiatan jurnalitik, mulai mencari dan menulis berita hingga mengenalkan personel-personel yang terlibat di dalam kegiatan jurnalitik terutama di bagian redaksi.
“Di redaksi itu ada wartawan, redaktur, redpel, yang kesemuannya itu merupakan satu kesatuan mulai dari peliputan, penulisan hingga akhirnya berbentuk naskah berita yang selanjutnya diolah oleh layout sebelum akhirnya dicetak,” jelasnya. Penjelasan Hakim, membuat sejumlah siswa antusias untuk menanyakan secara detail seluk-beluk di redaksi. Sayyadah misalnnya menanyakan bagaimana cara memeliput berita. “Saya ingin menanyakan, bagaimana menulis berita itu sebelum akhirnya bisa diterbitkan?” tanyanya. Hal itu langsung dijawab oleh Hakim dengan menjelaskan tentang redaksi yang terbagi dalam beberapa bidang. Di duta ada bidang ekonomi bisnis, pendidikan, kota dan pemerintahan, dan hukum dan kriminal.
Sedangkan Shofiah menanyakan tentang keberadaan koran yang mulai tergerus oleh media sosial (medsos). “Kenapa mesti membaca koran kalau sudah bisa membaca di medsos,” tanyanya. Menanggapi hal itu, Hakim mengakui keberadaan medsos memang mampu mengerus oplah koran. Kendati begitu ada perbedaan antara koran dan medsos. Jika Koran harus memerhatikan kaidah-kaidah jurnalistik seperti berita harus aktual, juga akurat di medsos tidak memerhatikan hal itu. Semua bisa ditulis tanpa perlu memenuhi unsur-unsur di dalam jurnalitik. “Makanya kita mengenal ada berita hoax. Itu yang lagi ngetren di medsos. Dan berita hoax tidak mengenal kaidah-kaidah jurnalistik, sehingga penyebar hoax rentan dijerat hukum,” tegasnya. Dan satu lagi kelebihan koran, ungkap Hakim, beritanya dikemas lebih mendalam. Berita dikupas tuntas agar tetap diminati. Penjelasan itu langsung disanggah Aisyah, “Apakah agar diminati maka perlu ada cerita bergambar atau kartun?” sanggahnya. Dan itu dibenarkan Hakim, di media khususnya media cetak ada banyak rubrikasi.
Kesemuanya itu untuk memenuhi keingintahuan dan minat pembaca. Dan sejumlah pertanyaanpun meluncur, mulai tentang berapa oplak Duta oleh Meysa, juga Idris yang bertanya masalah kerja wartawan, hingga tanpa terasa sudah dua jam lebih pertemuan yang berlangsung akrab itu berusaha mengulik apa itu jurnalistik. Dan untuk memerlihatkan kecepatan kerja wartwan, langsung diperlihatkan kecepatan berita ditulis dan dimuat di media online yakni duta.co. Setelah kunjungan di duta berakhir, di lanjudkan ke museum NU yang terletak di seberang jalan Graha Astranawa, di Muesum Disambut langsung dan di dampingi oleh SayFuddin untuk menjelaskan benda- benda yang ada di dalam Museum NU tersebut, seperti Kotab Ambyo yang berasl dari bahasa Arab Ambiya berisi kisah sejarah para nabi, yang berasal dari zaman kerajaan islam mataram, dalam tradisi mataram kitab ini dibaca pada ritual kelahiran bayi, kini tradisi ini sudah hampir punah.
Serta ada Juga da Kiswah (penutup Ka’bah) berasal dari kerajaan arab saudi yang di berikan langsung oleh Syeh Muhammad Ismail Zain (perwakilan kerajaan) pada tahun 2015 sebagai hadiah untuk organisasi keagamaan NU di indonesia. Kunjungan di Museum NU di akhiri dengan menonton Film dengan durasi 30 menit yang menceritakan tentang sejarah NU serta berdirinya Museum NU tersebut. Setelah dari Museum NU di lanjud ke masjid AL- Akbar surabaya untuk melaksanakan shalat dzuhur.
Komentar
Posting Komentar